Anak
Berkebutuhan Khusus
A.
Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
B.
Klasifikasi
Anak Berkebutuhan Khusus
1.
Anak
dengan kelainan penglihatan (Tunanetra)
Seorang
anak yang mengalami tunanetra tidak dapat menggunakan indera penglihatannya untuk mengikuti segala
kegiatan belajar maupun kehidupan sehari-harinya.
2.
Anak
dengan kelainan pendengaran dan bicara (Tunarungu wicara)
Pada
umumnya anak yang mengalami tunarungu-wicara mempunyai hambatan dalam
pendengaran sehingga kesulitan melakukan komunikasi secara lisan dengan orang
lain.
Anak
tunarungu-wicara memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan anak
normal pada umumnya, adapun karakteristiknya sebagai berikut:
a. Anak
tunarungu-wicara biasanya mengalami kelambatan atau keterbatasan dalam
berbicara dan mendengarkan bila dibandingkan dengan anak pada umumnya. Bahkan
pada anak tunarungu total (tuli) cenderung tidak dapat berbicara.
b. Hilangnya
kemampuan untuk bicara dan mendengar berakibat adanya kekurangan dalam
penerimaan sumber informasi melalui pendengaran, dan hal ini sangat berpengaruh
dalam kemampuan verbal anak tunarungu-wicara.
c. Penyesuaian
sosial yang dapat dipengaruhi oleh komunikasi, dalam melakukan interaksi sosial
di masyarakat dalam banyak hal mengandalkan komunikasi verbal, hal ini
menyebabkan anak tunarungu-wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian
sosialnya sehingga terkesan tidak eksklusif.
3.
Anak
dengan kelainan perkembangan kemampuan (Tunagrahita)
Anak
yang mengalami tunagrahita memiliki problema belajar yang disebabkan adanya
hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Berikut ini
karakteristik anak yang mengalami perkembangan kemampuan (tunagrahita):
a. Mempunyai
dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak
menyandang tunagrahita.
b. Selalu
bersikap eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan.
c. Suka
meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi
kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan.
d. Mempunyai
masalah yang berkaitan dengan perilaku sosial.
e. Mempunyai
perilaku yang tidak dapat mengatur diri.
f. Mempunyai
masalah dalam bahasa dan pengucapan.
g. Mempunyai
masalah dalam kesehatan fisik.
h. Kurang
mampu dalam berkomunikasi.
i.
Mempunyai kelainan pada sensorik dan
gerak.
j.
Mempunyai masalah yang berkaitan dengan
psikiatrik, adanya gejala-gejala depresif menurut hasi penelitian.
4.
Anak
dengan kelainan kondisi fisik atau motorik (Tunadaksa)
Secara
medis dinyatakan bahwa tunadaksa adalah mereka yang mengalami kelainan pada
tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-otot tubuhnya. Berikut ini
karakteristik anak tunadaksa atau kelainan kondisi fisik atau motorik, yaitu:
a. Geraknya
kurang kuat.
b. Berjalan
dengan langkah yang panjang dan mudah jatuh.
c. Mata
tidak terkondisi serta gerakan maa tertegun-tegun.
d. Pada
tremor dan rigid mempunyai gangguan keseimbangan tubuh, disebabkan adanya
kelainan osrutal dan akibat hambatan otot yang berlawanan.
5.
Anak
dengan kelainan perilaku maladjustment
Anak
yang berperilaku maladjustment sering disebut anak tunalaras. Pada kasus ini si
anak sering membuat keonaran secara berlebihan dan bertendensi ke arah perilaku
kriminal. Berikut ini karakteristik anak tunalaras atau kelainan perilaku
maladjustment, yaitu:
a. Mempunyai
masalah-masalah belajar.
b. Ketidakmampuan
untuk membangun hubungan antar teman.
c. Berperilaku
dan berperasaan tidak semestinya.
6.
Anak
dengan kelainan autism
Anak
autis mempunyai kelainan ketidakmampuan berbahasa. Hal ini diakibatkan oleh
adanya cedera pada otak. Secara umum anak autis mengalami kelainna berbicara di
samping mengalami gangguan kemampuan intelektual dan fungsi saraf. Berikut
karakteristek anak dengan kelainan autism, yaitu:
a. Anak
autis sering kali sukar berkomunikasi dan tidak mampu memahami percakapan orang
lain.
b. Anak
autis memiliki keterbelakangan mental, kebanyakan mempunyai skor IQ rendah.
c. Anak
autis mudah sekali marah bila ada perubahan yang dilakukan pada situasi atau
lingkungan tempat ia berada.
d. Anak
autis kurang suka bergaul, terlihat kurang ceria, terlihat seperti orang sakit.
7.
Anak
hiperaktif
Hiperaktif
bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala. Hiperaktif disebabkan oleh faktor,
yaitu kerusakan pada otak, kelainan emosional, kurang dengar atau tunagrahita.
Berikut ini karakteristik anak hiperaktif, yaitu:
a. Selalu
bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
b. Sering
mengganggu temannya.
c. Mempunyai
kesulitan untuk berkonsentrasi.
8.
Anak
dengan kesulitan belajar
Kesulitan
belajar ini ditujukan pada siswa yang memiliki prestasi rendah dalam bidang
akademik. Dalam bidang kognitif, umumnya mereka kurang mampu mengadopsi proses
informasi yang datang pada dirinya melalui penglihatan, pendengaran maupun
persepsi tubuh. Perkembangan emosi dan sosial sangat memerlukan perhatian,
antara lain konsep diri, daya piker, kemampuan sosial, kepercayaan diri, kurang
menaruh perhatian, sulit bergaul dan sulit memperoleh teman. Kondisi kelainan disebabkan
oleh hambatan persepsi, luka pada ota, ketidakberfungsian sebagian fungsi otak,
disleksia, dan afasia perkembangan.
9.
Anak
dengan kelainan perkembangan ganda
Kelainan
perkembangan ganda ini sering disebut juga tunaganda, yaitu mempunyai kelainan
perkembangan mencakup hambatan-hambatan perkembangan neurologis. Hal ini
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan pada aspek
inteligensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat. Berikut ini
karakteristik anak dengan kelainan perkembangan ganda, yaitu:
a. Terjadinya
kombinasi kelainan pada diri si anak.
b. Kelainannya
terjadi secara terus-menerus.
C.
Faktor
Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Faktor-faktor penyebab anak berkebutuhan
khusus dibedakan menajdi tiga peristiwa, yaitu:
A. Kejadian
Sebelum Lahir (Prenatal)
Faktor
penyebab sebuah ketunaan pada masa prenatal sangat erat hubungannya dengan
masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Ketunaan yang
terjadi pada Anak Berkebutuhan Khusus
yang terjadi sebelum masa kelahiran dapat disebabkan antara lain oleh
hal-hal sebagai berikut:
-
Virus Liptospirosis (Air Kencing Tikus)
yang menyerang ibu yang sedang hamil. Jika virus ini merembet pada janin yang
sedang dikandungnya melalui placenta maka ada kemungkinan anak mengalami kelainan.
-
Virus Maternal Rubella (campak jerman, Retrolanta fibroplasia (RLF) yang
menyerang pada ibu hamil dan jamin janin yang dikandungnya terdapat kemungkinan
akan timbul kecacatan pada bayi yang lahir.
-
Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu
hamil sehingga janin tidak dapat memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga
saraf di otak mengalami gangguan.
-
Faktor Rhesus (Rh) Anoxia Prenatal,
kekurangan oksigen pada calo bayi di kandungan yang terjadi karena ada gangguan
atau infeksi pada placenta.
-
Penggunaan obat-obatan kontrasepsi yang
salah pemakaiannya sehingga jiwanya menjadi goncang, tertekan yang secara
langsung dapat berimbas pada bayi dalam perut.
-
Percobaan abortus yang gagal, sehingga
tidak janin yang dikandungnya tidak dapat berkembang secara wajar.
B. Kejadian
Pada Saat Kelahiran
-
Proses kelahiran yang menggunakan alat
bantu, yaitu menggunakan tang verlossing. Cara ini dapat menyebabkan brain injury (luka pada otak) sehingga
pertumbuhan otak kurang dapat berkembang secara optimal.
-
Proses kelahiran bayi yang terlalu lama,
sehingga mengakibatkan bayi kekurangan zat asam atau oksigen. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan sel-sel di otak. Keadaan bayi yang lahir dalam keadaan
tercekik ari-ari ibunya sehingga bayi tidak dapat secara leluasa untuk bernapas
yang pada akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada otak.
-
Kelahiran bayi pada posisi sungsang,
sehingga bayi tidak dapat memperoleh oksigen cukup yang akhirnya dapat
emngganggu perkembangan sel di otak.
C. Kejadian
Setelah Lahir
-
Penyakit radang selaput orak (Meningitis)
dan radang otak (Enchepalitis) sehingga menyebabkan perkembangan dan
pertumbuhan sel-sel otak menjadi terganggu.
-
Terjadi Insiden (kecelakaan) yang
melukai kepala dan menekan orak bagian dalam.
-
Stress berat dan gangguan kejiwaan
lainnya.
-
Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang
(stuip), radang telinga (otitis media), malaria Tropicana yang dapat
berpengaruh terhadap kondisi badan.
D.
Pendidikan
Inklusi
Pendidikan
inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak
berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar.
Pendidikan inklusi adalah sekolah yang harus mengakomodasi semua anak tanpa
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik atau
kondisi lainnya.
Selanjutnya
tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan Bronson, terbagi menjadi tiga,
yakni bagi anak berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, dan bagi masyarakat.
1.
Bagi
anak berkebutuhan khusus
a. Anak-anak
akan merasa menjadi bagian dari masyarakat pada umumnya.
b. Meningkatkan
harga diri anak.
c. Anak
memperoleh kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman
sebayanya.
d. Anak
akan mendapat bermacam-macam sumber untuk belajar dan bertumbuh.
2.
Bagi
pihak sekolah
a. Memperoleh
pengalama untuk mengelola berbagai perbedaan kepribadian anak dalam satu kelas.
b. Mengembangkan
apresiasi bahwa setiap anak memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda satu
sama lain.
c. Meningkatkan
kemampuan untuk mendidik dan mengajar semua anak dalam kelas.
d. Meningkatkan
kepekaan terhadap keterbatasan setiap anak dan rasa empati terhadapa
keterbatasan anak.
3.
Bagi
Masyarakat
a. Meningkatkan
kesetaraan sosial dan kedamaian dalam masyarakat.
b. Mengajarkan
kerjasam dalam masyarakat dan mengajarakan setiap anggota masyarakat tentang
proses demokrasi.
c. Membangun
rasa saling mendukung dan saling membutuhkan antar anggota masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar